Jakarta, CNN Indonesia —
Uskup Jayapura Monsinyur Yanuarius Theofilus Matopai You menyerukan penghentian kekerasan di Papua.
Yanuarius mengatakan terus terjadi pembunuhan di tengah konflik TNI-Polri dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Namun, korban terbanyak berasal dari kalangan masyarakat sipil.
Dia mendesak pemerintah bertindak menghentikan kekerasan yang terjadi di Papua. Yanuarius memohon Presiden Jokowi memulai dialog dengan masyarakat Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Dialog pemerintah pusat, presiden, dengan pihak-pihak terlibat. Dialog tidak berarti pemerintah pusat harus menerima apa yang masyarakat Papua sampaikan, tidak. Tapi dengar dengar apa yang masyarakat mau bicarakan,” ujar Yanurius di Kantor Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Jakarta, Kamis (9/11).
Yanuarius mengatakan kekerasan di Papua sudah terjadi selama puluhan tahun. Dia ingin semua pihak menghentikan kekerasan yang hanya merugikan masyarakat Papua.
“Dengan kekerasan berkepanjangan, hidup manusia tidak berarti, tidak berarti, seperti seekor binatang di mana ada pelanggaran hak asasi manusia,” kata Yanurius
Desakan itu juga disampaikan sejumlah tokoh bangsa dalam sebuah deklarasi di Kantor PGI. Beberapa tokoh yang hadir adalah Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Marzuki Darusman, Gomar Gultom, Usman Hamid, Alissa Wahid, daj Siprianus Hormat.
“Saya mewakili tokoh agama dan masyarakat menyerukan agar pemerintah dan pihak terkait dapat ambil inisiatif untuk jeda kemanusiaan, menghentikan kekerasan, sehingga kita dapat mengurus warga sipil yang terdampak konflik ini,” kata Sinta.
Terpisah, sehari sebelumnya KSAD Jenderal Agus Subiyanto yang akan menjalani fit and proper test jadi calon Panglima TNI di Komisi I DPR mengatakan butuh konsep operasi yang tak biasa lantaran konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun di Papua tak juga selesai.
“Ya akan saya sampaikan (strategi penanganan konflik Papua), karena Papua sudah 62 tahun kan kita belum selesai-selesai berarti harus ada konsep operasi yang out of the box ya,” kata Agus membocorkan kemungkinan yang akan dibicarakannya saat fit and proper test kepada wartawan di Monas, Jakarta Pusat, Rabu (8/11).
Agus menyebut dirinya akan mengedepankan soft approach dalam menangani konflik di Papua. Selain itu, menurutnya upaya hard approach juga tetap dilakukan.
“Cuma lebih mengedepankan soft, karena kita harus ngerti kearifan lokal di sana seperti apa Papua itu. Papua itu sebenarnya secara individu baik orangnya, secara individu kalau kita baik,” ujarnya.
“Semua daerah punya kearifan lokal sendiri, adat istiadat kita harus ngerti juga seperti apa. Karena dia terdiri dari beberapa suku, bagaimana antar suku ini, kesukaannya apa, misalnya dia lebih suka perang suku atau apa dan sebagainya. Sehingga kita penegakannya lebih soft,” lanjut Agus.
(dhf/kid)
[Gambas:Video CNN]
Leave a Reply