Jakarta, CNN Indonesia —
PT Pertamina Patra Niaga mengaku bahwa digitalisasi memudahkan pihaknya untuk melaksanakan program BBM bersubsidi dari pemerintah.
Sylvia G. Yuvenna, VP Digital Enhancement & Technology Pertamina Patra Niaga mengatakan sejak tahun lalu pihaknya mendapat tugas dari pemerintah untuk melakukan pembatasan pembelian BBM bersubsidi. Perintah itu pun kemudian diaplikasikan lewat aplikasi MyPertamina.
“Sejak tahun lalu, kami juga menjalankan aplikasi digital subsidi tepat. Jadi dengan subsidi tepat karena sesuai penugasan pemerintah, subsidi harus sampai kepada orang dan kalau untuk mobil ada kendaraan tertentu yang bisa dapat subsidi dengan kuota tertentu. Ini yang coba kita grab, kita dapat melalui aplikasi,” kata Sylvia dalam acara Digital Creative Leadership Forum yang diselenggarakan CNN Indonesia di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (9/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Sylviana secara prinsip sebetulnya penggunaan aplikasi untuk membatasi pembelian BBM bersubsidi cukup mudah. Namun, pelaksanaannya di lapangan cukup menantang.
Dengan cara ini, konsumen yang berhak mendapat BBM bersubsidi wajib mendaftar lewat situs resmi Pertamina. Kemudian, sistem akan menentukan apakah konsumen itu layak mendapat subsidi setelah mengisi pelbagai data, mulai data diri hingga kendaraan.
Setelahnya, kendaraan konsumen yang sudah terdaftar dapat membeli BBM bersubsidi dengan cara menunjukkan QR Code, sedangkan yang belum terdaftar tidak dapat dilayani.
Menurut Sylvi penerapan digitalisasi untuk program pembatasan pembelian BBM bersubsidi ini mulai membuahkan hasil. Ia mengatakan bahwa lewat penerapan digital itu pihaknya dapat memantau lebih rinci soal penjualan BBM bersubsidi itu.
“Di situ kita bisa lacak setiap kali transaksi. Kalau ada laporan penyalahgunaan bisa kita cek, bisa kita blokir pelat nomornya sehingga dia enggak bisa mengisi lagi,” jelas Sylvi.
“Dari data yang kami punya, transaksi anomali itu turun. Jadi kita mencoba dengan adanya digitalisasi ini ikut membantu bahwa BBM subsidi itu memang sampai sesuai kuota dan konsumen yang tepat,” imbuhnya.
Namun begitu, menurutnya hal ini juga tidak mudah. Ada sejumlah tantangan yang dihadapi untuk mengimplementasikan hal tersebut.
“Challenge-nya, wilayah kami terlalu luas, sementara infrastruktur digital kami belum merata. Jadi banyak wilayah yang mungkin sinyal kurang bagus, dan itu cukup challenging dalam implementasinya, tapi kami di sisi back end juga melakukan berbagai penyesuaian sehingga inisiatif digital ini bisa kami laksanakan,” tuturnya.
Tidak hanya itu, menurut Sylvi konsumen BBM bersubsidi juga mayoritas tidak memiliki handphone canggih untuk bisa mengakses aplikasi MyPertamina. Namun demikian, pihaknya mengaku sudah mengatasi masalah-masalah seperti ini.
“Konsumen BBM bersubsidi biasanya enggak punya HP yang high end. Bahkan mungkin saya sampai diceritain, itu yang bawa truk solar itu kan driver, even aplikasi WA (WhatsApp) aja belum tentu punya,” kata Sylvi.
“Jadi untuk subsidi tepat ini kami digitalnya kebetulan di sisi back end-nya tapi QR code itu penanda identitas dia yang di-scan di SPBU. Jadi digitalisasinya di SPBU yang bisa mendeteksi bahwa ini konsumen saat di-scan, ini bapak a, mobilnya ini, kuota tinggal sekian, berarti bisa diisi sekian,” paparnya menambahkan.
[Gambas:Video CNN]
(tst, del/pta)
Leave a Reply