Panas Rapat Cawapres Versi Anies, Perbedaan Keras hingga Gebrak Meja


Jakarta, CNN Indonesia —

Bakal calon presiden Anies Baswedan mengungkap adanya perbedaan pandangan antara partai di Koalisi Perubahan untuk Persatuan mengenai sosok bakal cawapres. Perbedaan itu menemui puncaknya pada Selasa (29/8).

Awalnya, ia mengatakan nama Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah dibicarakan sebagai pendampingnya sejak Juni.

Saat itu, Anies mengaku telah melaporkan hal tersebut kepada tiga partai koalisi, NasDem, PKS dan Demokrat.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Saya sampaikan kepada Pak Surya Paloh, PKS maupun Demokrat, bahwa dari semua opsi wakil yang ada, yang tersedia sekarang adalah AHY,” kata Anies dalam tayangan Mata Najwa, Selasa (4/9) malam.

Menurutnya, Ketua Umum NasDem Surya Paloh tidak menolak ketika mendengar nama AHY. Namun, Paloh mengatakan bahwa opsi itu bisa diambil di ujung pencalonan.

“Pak Surya Paloh ketika mendengar itu, beliau tidak menolak, tapi beliau mengatakan begini ‘itu adalah opsi yang boleh kita lakukan pencalonan di ujung, tapi tidak sekarang’. PKS memahami bahwa pilihannya memang AHY, yang tersedia AHY, lalu Demokrat juga gitu,” kata Anies.

Pembicaraan soal bakal cawapres kemudian dilanjutkan setelah Anies menunaikan ibadah haji.

Setelah kembali ke Indonesia, ia mengatakan terjadi perbedaan antara NasDem dan Demokrat.

“Dari sisi Demokrat berharap itu segera dideklarasikan, segera disepakati, dari sisi NasDem tidak bersedia. Nama itu tidak ditolak, tapi tidak dideklarasikan sekarang. Dicoba dicari penjembatan,” kata Anies

Ia menyebut ketidaksepakatan itu menemui puncaknya pada Selasa (29/8). Menurutnya, rapat Tim 8 berlangsung panas dan diwarnai aksi gebrak meja oleh peserta.

Saat itu, kembali terjadi perbedaan pandangan antara utusan Demokrat dan NasDem di Tim 8.

“Terjadi perbedaan pandangan yang sangat keras, bahkan sampai gebrak meja di situ. Apa perbedaannya? Demokrat menginginkan ditetapkan segera, NasDem menginginkan ditetapkan nanti sambil menunggu siapa tahu ada opsi lain,” kata dia.

Ia mengatakan pertemuan Tim 8 pun buntu. Selain itu, dalam rapat ada pernyataan bahwa Demokrat dipersilakan jika mau mencoba opsi lain.

“Itu kan dalam percakapan di Tim 8 ada. Bukan keluar koalisi, mereka akan coba exercise lain. Ini mereka menunggu, kapan ini keputusannya. Di sisi lain NasDem bukan menolak AHY tapi tidak mau dideklarasikan segera,” katanya.

Di sisi lain, Anies mengatakan usai pertemuan itu buntu, ia ditelepon untuk datang ke Kantor NasDem pada Selasa malam.

“Malam itu saya sedang dalam perjalanan, dilaporin pertemuan (Tim 8) yang hasilnya buntu. Saya mendapat telepon dari kantor NasDem, diminta untuk ke kantor NasDem,” kata Anies.

Saat itu, ia mengaku bertemu dengan Surya Paloh dan membicarakan soal kesepakatan dengan PKB.

“Ketika itu saya sampaikan, ini opsi yang tidak pernah kita pikirkan. Tak terpikirkan, saya akan bahas juga dengan teman-teman,” kata dia.

Ia mengatakan saat itu Surya Paloh dihadapkan pada dua pilihan. Pertama, berunding dengan PKS dan Demokrat, lalu kemudian bersepakat dengan PKB. Risikonya, PKB bisa saja diajak oleh koalisi lain.

Kedua, langsung membuat kesepakatan dengan PKB. Risikonya, PKS dan Demokrat bakal merasa dilangkahi karena tidak diajak komunikasi. Menurutnya, Surya Paloh memilih opsi ini.

“Ini sebuah ijtihad, kemudian Pak Surya Paloh memilih opsi ambil kesepakatan dulu, terus kemudian jelaskan, memang ada risiko, risikonya ada perasaan seperti dilewatkan, ditinggalkan,” kata Anies.

Malam itu, Anies dan utusannya di Tim 8 lalu mengontak utusan PKS dan Demokrat dengan tujuan untuk bertemu. Namun hingga dini hari, tidak ada jawaban.

Keesokan harinya, perwakilannya di Tim 8 bertemu dengan perwakilan PKS dan Demokrat.

“Pak Sudirman bertemu dengan Pak Sohibul Iman dari PKS dan Pak Iftitah dari Demokrat, menyampaikan progres ini. Tujuannya untuk saya bertemu, mendiskusikan soal ini,” kata dia.

Menurutnya, pihaknya lalu bertemu dengan perwakilan PKS. PKS disebut merespons positif ada karenanya partai baru di koalisi.

Namun, Anies mengatakan secara prosedural PKS merasa tidak suka cara NasDem yang mengambil keputusan sepihak tanpa komunikasi dengan partai koalisi.

Di sisi lain, ia mengatakan saat itu tidak bisa bertemu dengan Demokrat.

“Rabu malam itu tidak dapat waktu…akhirnya Kamis pagi saya putuskan ke Jombang, karena siang akan pulang. Ketika di sana, kami dapat kabar diterima jam 4 sore, tapi karena pesawat delay, digeser jam 6, kemudian pertemuan digeser lagi jam 7, dan akhirnya tidak jadi bertemu, dibatalkan pertemuannya,” katanya.

Demokrat kini telah mencabut dukungan kepada Anies dan memilih keluar dari KPP.

Keputusan diambil usai Anies memutuskan untuk menggandeng Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai bakal calon wakil presiden.

Demokrat merasa dikhianati. Pasalnya, Anies dan NasDem sudah menandatangani piagam kesepakatan bersama dengan Demokrat, NasDem dan PKS. Tetapi Anies dan NasDem justru membuat kerja sama baru.

Selain itu, Demokrat juga mengungkapkan bahwa Anies pernah meminta AHY untuk menjadi cawapres pendampingnya di Pilpres 2024 mendatang. Permintaan dilakukan melalui panggilan telepon pada 12 Juni dan surat tertulis pada 25 Agustus.

(yoa/wis)

[Gambas:Video CNN]


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *